Review Film, Drama Korea, Movie, Game dan Makanan

Review Cinta itu buta, Love is Blind Movie Romantis Dodit Mulyanto dan Shandy Aulia

Love is blind adalah salah satu movie yang sudah lama kutunggu. Hal ini karena saya sangat menyukai kedua peran utamanya yaitu Dodit Mulyanto dari Stand Up comedy dan si cantik Sandy Aulia dari Eifel Im In Love.


Sebelum membintangi love in blind, saya sangat menyukai banyolan – banyolan comedynya apalagi waktu dulu masih kompetisi stand up. Lawakannya itu ga membuat orang garing, dan tidak membosankan.

Begitu saya denger Dodit mau maen film sama artis cantik, wah bukan main senengnya diriku ini. Jadi antusias, apalagi waktu tayangan perdananya banyak promo, tapi sayang seribu sayang saya malah kehabisan.

Akhirnya ga nonton di hari pertama tayang tapi nonton pada waktu hari ke – 4 tepatnya pada tanggal 14 bulan oktober tahun 2019 di salah satu bioskop Surabaya.

Akhirnya saya pesan mulai pagi hari jam 9 lewat aplikasi. Waktu tontonnya jam 14.30 atau jam setengah 3. “Semoga bagus film ini” kataku dalam hati.

Ketika jam menunjukan waktu tonton sudah tiba, akhirnya aku dan suamiku yang juga ikut menonton, masuk ke dalam Studio 3 di Bioskop Surabaya.

Saya menonton tepat waktu, dan tak lupa mempersiapkan minuman penyegar dahaga untuk diminum ketika film akan tayang. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya filmnya main.

Begitu duduk. Yang nonton ternyata ga begitu banyak. Mungkin ga sampai 30 orang.

Di baris sebelah saya pun sangat sepi, hanya satu orang wanita saja. Di baris tempat duduk di depan saya hanya ada satu orang juga.

Sedangkan di barisan saya hanya 2 saja yaitu saya dan suami. Yang paling banyak adalah di bagian belakang. Apalagi saat ketawa, suaranya ramai sekali.

Saat movie mulai dimainkan suasana menjadi sangat hening dan tidak ada satu pun yang berbicara.

Adegan pertama dimulai, menceritakan bagaimana kehidupan Sandy Aulia yang bernama Diah, dan Dodit yang bernama Nik. Sebelum pertama kali bertemu, mereka menjalani kehidupan masing – masing.

Review ini ada sedikit spoiler, jadi anda yang tidak suka membaca spoiler harap tidak membaca bagian ini.

Adegan pertama ini menurut saya agak membosankan ya. Soalnya Nik maupun Diah seperti bercakap-cakap sendiri, dan tidak punya banyak teman di daily life mereka.

Mungkin film lebih bagus jika ada keluarga atau teman yang tinggal serumah sehingga movie lebih terlihat agak ramai dan gak sepi.

Selanjutnya, pada gaya bahasa korea yang dipakai Diah seperti keliatan kurang lancar berbahasa. Masih ada logat Indonesianya dan kelihatan terbata-bata masih mengeja.

Walau jarang dipakai, sebaiknya gaya bahasanya juga dilatih agar mirip orang korea. Sehingga aktingnya kelihatan menyatu ketika berinteraksi dengan orang korea.

Aku rasa sifat Diah disini kurang greget ya, karena waktu melihat pacarnya selingkuh pun, dia hanya bisa pergi gitu aja. 


Terlihat bahwa dia tipe cewek yang kurang pemberani, lemah, dan bisanya pasrah saja. Padahal sakitnya tuh disini, coba baca deh sakit karena diselingkuhin!

Tanpa ada adegan yang lebih drama seperti menjambak rambut, marah, atau yang lainnya. Menjadikan adegan ini biasa saja. (Kalau versi korea mungkin si diah sudah bilang gini.. “Yaaa tapunnum.. kesekki.”.. Sambil teriak – teriak, lalu si cowoknya ditampar atau dilempar makanan, tas, dan lain - lain) 

Setelah patah hati, pas sekali matanya Diah menjadi buta. Saya kira masalah ini sangat sepele untuk dijadikan penyebab kebutaan seseorang. Kenapa sangat kebetulan?

Kemudian, negatifnya lagi menurut saya movie ini kurang panjang dan akhir cerita kurang happy ending. Saya yakin jika film diperpanjang sedikit pasti titikan air mata penonton sangat banyak.

Jika endingnya misalnya diganti Nik tidak terbaring koma, harusnya dia bisa sembuh, atau pura – pura mati (hanya untuk mengagetkan si Diah).

Dokter diajak kerja sama supaya bisa mengatakan kepada Diah bahwa dia sudah tak bernyawa, tetapi ternyata yang meninggal adalah pasien yang lain karena Nik sudah pindah dari kamar tersebut.

Ending seperti itu, mungkin lebih mengagetkan penonton karena mengira bahwa Nik memang meninggal padahal dia masih sehat. Kemudian mereka berdua bisa bersama.

Walaupun Diah menemukan kenyataan Nik hanya seorang gelandangan, dan Dia menerima itu dengan sangat baik.

Yah semoga saja, kalaupun Nik masih koma. Sebaiknya ada perpanjangan movienya yang lebih greget dari yang pertama ini.

Hmmmm... menurut saya itulah yang poin - pon yang saya tidak sukai dari movie love is blind.

Kemudian untuk hasil positifnya adalah identitas Nik sebenarnya yang memang tidak mudah ditebak. Lokasi rumahnya juga ga bisa tertebak.

Terus keindahan korea disini sangat real dan nyata. Membuatku semakin menyukai negara gingseng ini. Pemandangannya sangat indah, airnya, danaunya, dan wonderfull banget pokoknya. (Semoga deh tahun depan bisa ke korea dan bertemu Lee Min Ho oppa, Hehehe)

Apalagi tempat syuting movie ini betul – betul menyejukkan mata. Belum lagi tempat tinggalnya Diah berada di kawasan seperti kampung warnanya Malang. Cuma warnanya pastel dan lebih cantik.

Sebenarnya movie ini sangat indah dan mengharukan sekali, sayang ada beberapa poin yang kurang.

Coba kalau lebih seperti drama korea begitu. Aktingnya ga kaku, lebih ramai, dan mengalir dengan enak. 


Untuk adegan romantisnya ada kok, cuma ya itu kurang chemistri aja menurutku, seharusnya waktu adegan Nik jatuh di jembatan itu dengan diah, sebaiknya saling pandang mata dan agak lama. Supaya keliatan tambah so sweet. 


Seperti adegan drama korea di That Winter The Wind Blows di atas atau di adegan sit up dalam drama secret garden di bawah. Dari pandangan matanya aja penonton tahu bahwa keduanya punya pandangan romantis dan so sweet. Walau ga ada adegan kiss bibirnya.


Saya akan memberi nilai 7.5 dari 10. Dengan predikat cukup bagus. Bagaimana dengan anda? Apakah anda setuju dengan review ini atau sebaliknya?

Coba katakan di komentar ya. Sharing ke sesama akan lebih baik dan menyenangkan. Hehehe.

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

@templatesyard